MERAWAT PERSATUAN DITENGAH PERUBAHAN SOSIAL - Koran Purworejo

Breaking







Thursday, May 22, 2025

MERAWAT PERSATUAN DITENGAH PERUBAHAN SOSIAL

KORANPURWOREJO.

PURWOREJO

Bertempat di Hatel Ganesa Purworejo (19 /52025), Kesbangpol Purworejo gelar Dialog Kebangsaan Merawat Kebhinekaan Memperkuat Persatuan.Dihadiri lintas agama,suku, OrMas, Tokoh masyarakat, politikus,pemuda dll.

Kepala Kesbangpol Purworejo Agus Widiyanto. MSi Mengundang Narasumber Sumanang Tirtasujana ( Essays Budaya & Pemerhati sosial ).

Berikut materi utuh dari budayawan Sumanang Tirtasujana.


"Berbicara perihal  memperkuat persatuan, kebangsaan. Maka tak terpisahkan dari hal penting satu ini. Yaitu, kerukunan antar umat, yang menyangkut eleman bangsa yang berada didalamnya.


 Bahkan ujung tertinggi persatuan,tidak lain adalah  tentang ( Nation) nasionalisme sebuah bangsa.


 Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.


 Ini mencakup semangat cinta tanah air, rasa bangga sebagai warga negara, dan kesadaran untuk mempertahankan  dan berdaulat kepada negara.



JAMAN GLOBAL - DIGITAL


Namun kini seluruh bangsa - bangsa di dunia  dihadapkan pada era globak digital.

 Pada akhirnya manusia dihadapkan dengan apa yang disebut perubahan sosial,dengan berbagai konteks dan substansinya.


 Perubahan sosial dan arus faktanya  akan terus berlangsung.

Bahkan di era global digital ini, tidak ada kemungkinan sedikitpun kita untuk menghentikan arus tersebut. Ia akan terus melaju capat  dan akan terus berjalan seiring jaman.

Maka kita harus selalu berbenah. Supaya tidak menghantam, menghancurkan kerukunan persatuan kita sebagai sebuah bangsa.


FAUNDAMENTAL

PADA hari ini, saya ingin mengajak untuk merenung. Saya yakin siapapun akan setuju “Kita mesti sepakat jika Bangsa ini selalu disebut sebagai bangsa yang besar!  Yang sudah dibangun oleh  sejarah perjuangan masa lalu.


Siapapun mungkin akan mengira bahwa sejarah perjuangan itu adalah kenyataan yang mudah. Kita mengira dan menyimpulkan: Kita adalah masyarakat yang besar, bangsa yang utuh dan demikian padu. Dimana segala perbedaan dan kebedaan tidak dianggap sebagai fundamental.


Nuansa pikiran kita terhadap ‘Kesatuan’ Berbangsa,  sepertinya kita tidak pernah  berfikir, bahwa di dalam Bangsa yang besar,  selalu muncul berbagai sensitifitas persoalan  yang  besar pula.


Utamanya menyangkut Hal :

1. Keberagaman 

2. Kebhinekaan 

3. Juga pentingnya Perihal  sikap Merangkul perbedaan. Karena didalamnya ada mayority dan minority

4. Juga tentang Tugas Negara dan  Elemen masyarakat. Seperti Kantong kantong kebudayaan , harus peduli membangun perilaku kerukunan & persatuan,sampai ke titiknya. Yaitu nasionalime sebuah bangsa.


HISTORIS 


Dalam kesejarahannya birbicara perihal nuansa kesatuan bangsa. Sejujujurnya pikiran dan tindakan kita hari ini adalah sebuah kelanjutan,merawat dari kebesaran perjuangan di masa lampau.

Setidaknya pertemuan hari ini. Adalah bagian merawat persatuan dan kesatuan.


Bahwa  pada hakekatnya berbicara persatuan 'Kebangsaan Indonesia' sudah terbentuk melalui tingkat tingkat perjuangan.


Dalam sejarahnya dimulai dari tingkat :  

1. Kebangkitan Nasional th 1908.

2. Jaman Balai Pustaka 1917 - 1930.

3. Sumpah Pemuda 1928.

4. Era Pujangga Baru th 1933

5. Konggres Bahasa Indonesia 1 di Solo 1938.

6. Hingga pada puncaknya  th 1945 Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dst..dst..

 

Salah satu unsur penting sebagai alat pemersatu nasional itu adalah 'Bahasa Persatuan Indonesia'.


 Termaktub pada UUD 1945 secara tegas dan ringkas mengatakan " Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia "


UUD 1945 memberi mukjijat mengangakat bahasa melayu sebagai embrio  bahasa kesatuan satu satunya dalam Negara Kesatuan  Indonesia.


Kehidupan kita yang memiliki kebhinekaan. Dengan 16000 pulau dan sekitar 500 bahasa dan kebudayaan. Yang berbeda suku, beragam beda kebudayaannya. Agama, dan kekhayaan rokhani yang beragam. Telah sepakat dalam ketentuan menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai sebuang Bangsa Indonedia.


 TANTANGAN JAMAN HEDONISTIK

Tapi ! Seiring perkembangannya. Realitas Ironis saat ini. Baik didunia digital,dan dunia apapun, orang lebih asik  bicara yang berbau sexuler ( uang dan kekuasaan) yang besifat eksistensial duniawi. 

Bahkan segala sesuatu direduksi menjadi alat kapitalisasi.,yang berujung ekonomi.


Kini didinyalir semua produks kebudayaan manusia selalu dihubungkan dengan falsafah nilai jual.

Karena faham hedonistik memang  me nghamba pada dunia material.

Kekayaan material seolah menjadi simbol harga diri manusia.


Mereka terkadang justru berbalik,terhadap manifestasi hidupnya. Semakin pekakah ? Pedulikah terhadap ketimpangan ? Pernahkah hadir membangun kerukukunan antar umat? Atau justru berdiri sebagai elitisme yang asing bagi lingkungannya.


Oleh karenanya pertemuan hari ini, senyatanya kita sedang berupaya. Menempatkan sebenar benarnya martabat kita sebagai anak bangsa. Yang beraspirasi menjunjung nilai2 kerukunan,berbangsa,menuju kesatuan dan persatuan. Yang telah diperjuangkan dimasa lampau. Dan kita  sebagai anak bangsa. Adalah penerus sekaligus penjaganya.


TUGAS KITA & SELURUH ELEMEN


Didalam benak pikiran saya untuk membangun nilai nilai kebangsaan, jiwa jiwa nasioalisme mencintai negara dan bangsa. Perlu terus ditempuh dengan berbagai cara. Melalui sendi sendi kehidupan. Sukur ada lagi semacam penataran bela negara 100 jam seperti dulu. Yang akrap disebut P4. Sebab ? Betapa autopisnya tujuan membangun persatuan bangsa yang utuh dan padu pada satu kehendak. Tetapi tidak diimbangi dengan tindakan2 nyata dengan membangun setiap pribadi anak bangsa,menuju karakter yang dicitakan.


 Sementara perubahan sosial terus melaju kencang didepannya.


Maka,tindakan seperti hari ini adalah bagian penting untuk menguatkan dan merawat perjuangan dimasa lampau.


Tindakan merawat kerukunan menuju persatuan senyatanya menjadi tugas semua anak bangsa. 

Logika saya berkata, hal semacam ini perlu dilakukan oleh :

1. Lembaga lembaga negara. Seperti ; TNI , Polri, Sospol, dstnya.


2. Lembaga pendidikan dari jenjang Pendidikan Dasar hingga Universitas. Termasuk didalamnya adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan yayasan sewasta.

3. Lembaga / Organisasi  seperti FKPPI,GMNI,KNPI,dll.

4. Lembaga / Organisasi keagamaan seperti NU,Fatayat,PCNU, Pemuda Gereja,Pemuda Muhamadiyah.

5. Kantong kantong kebudayaan seperti komunitas2 sosial. 

6. Pendidikan anak di setiap rumah. Orang tua tidak boleh apatis,mendidik dengan cara dan kearifan lokalnya. ( Tripusat pendidikan . Rumah, sekolah masyarakat ).

7. Para tokoh agama,kaum moralis dan inteletual menjadi penting perannya. Sebagai penjaga peradaban.


Peristiwa hari ini.  Juga sebagai bagian pendidikan.  Bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan keyakinan pada Pancasila sebagai ideologi negara, serta menjadikannya landasan dalam berpikir dan bertindak. Bagi kita semua. 

*** Materi utuh dari Pemerhati Budaya Drs.Sumanang Tirtasujana.

No comments:

Post a Comment